Kritik Sumber-Sumber Sejarah
Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan
otentisitas dan kredibilitas sumber.
Adapun caranya, yaitu dengan melakukan kritik. Yang dimaksud dengan
kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah
guna mendapat objektivitas suatu kejadian.
Fungsi
Kritik Sejarah
Bekal utama seorang peneliti sejarah
adalah sifat tidak percaya terhadap semua sumber sejarah. Peneliti harus lebih
dahulu mempunyai prasangka yang jelek atau ketidak percayaan terhadap sumber
sejarah yang tinggi. Peneliti sejarah mengejar kebenaran (truth). Padahl
kebenaran sumber harus diuji lebih dahulu dan setelah hasilnya memang benar
maka sejarawan baru percaya adanya kebenaran (truth). Banyak sumber sejarah yang meragukan dan
jangan-jangan memang sengaja dipalsukan untuk mengecoh pendapat public.
Kritik merupakan produk
proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkakn dan agar terhindar dari
fantasi, manipulasi atau fabrikasi. Sumber-sumber pertama harus dikritik. Sumber
harus diverifikasi atau diuji kebenarannya dan diuji akurasinya atau
ketepatannya. Metedologi sejarah memikirkan bagaimana menguji sumber-sumber itu
agar menghasilkan fakta keras (hard fact).
Dengan demikian sumber
sejarah dapat digunakan dengan aman . Dalam hal ini yang selalu diingat bahwa
sumber itu harus:
1.
Dapat dipercaya (Credible).
2.
Penguatan saksi mata (Eyewitness).
3.
Benar (Truth).
4.
Tidak dipalsukan (Unfabricated).
5.
Handal (Reliable).
Oleh karena itu, dalam penggunaan sumber, sejarawan
harus mempertanggungjawabkan pengertian:
1.
Otentisitas (authenticity) atau asli (genuine) jika
benar-benar produk dari orang yang dianggap pemiliknya. Asli dan otentik tidak
sama artinya. Dimaksud sumber asli adalah yang tidak dipalsukan. Otentik adalah
sumber yang dilaporkan dengan benar sesuai dengan keadaan senyatanya.
2.
Kredibilitas (Credibility)
3.
Integritas (Integrity)
Kritik Eksternal (Luar)
Kritik Eksternal adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber
dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber. Kritik eksternal
mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber yang
sezaman. Jenis-jenis fisik dari materi sumber, katakan dokumen atau arsip
adalah kertas dengan jenis, ukuran,
bahan, kualitas, dan lain-lain. Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik,
ataukah ketik komputer. Demikian pula jenis tintanya apakah kualitas bagus,
atau jenis isi ulang.
Akan diragukan jika dikatakan dokumen pada masa
Penjajahan Jepang digunakan kertas kualitas bagus, sebab pada waktu itu ada
dalam kondisi perang dan semuanya serba mengalami penurunan kualitas. Jadi,
kritik eksternal adalah kritik fisik yang sesuai dengan anak zaman.
Kritik internal (Dalam)
Kritik
Internal adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber, artinya apakah
isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias, dikecohkan,
dan lain-lain. Kritik internal ditujukan untuk memahami teks. Pemahaman isi
teks diperlukan latar belakang pikiran dan budaya penulisnya. Mengapa demikian
karena apa yang tersurat sangat berbeda dengan yang tersirat diperlukan
pemahaman dari dalam (from within).
Isi teks sering multi interpretable, bermakna
ganda dan sering dimaksudkan sesuai dengan sudut pandang penulisnya. Dalam teks
itu banyak hal yang tersembunyi dan tidak disampaikan dalam bahasa lugas,
tetapi dalam bahasa tertutup dan penuh
metafora. Tugas peneliti teks adalah membuka ketertutupan ini sehingga
menghasilkan informasi terpercaya. Dengan kata lain, peneliti harus mampu
membuka “amplop informasi”.
Jika seorang mahasiswa kos menulis surat dengan istilah
mengalami “kecelakaan” kepada orang tuanya di kota lain, maka orang tuanya
harus membuat interpretasi terhadap hal-hal yang tersirat dari suratnya itu.
Kata “kecelakaan” harus dikaitkan dengan konteksnya, misalnya untuk perbaikan
sepeda motornya yang lecet minta dikirim 25 juta rupiah. Ada apa dengan kata
“kecelakaan”?
Otentisitas
Kita umpamakan saja, kita temukan sebuah surat, notulen
rapat, dan daftar langganan majalah Sarotomo. Kertasnya sudah menguning,
baik surat, notulen, atau daftar baru menemukan dokumen saja sudah suatu
prestasi, rasanya tidak sampai hati untuk tidak mempercayai. Untuk mengetahui
keaslian sumber, rasanya terlalu mengada-ada, sebab untuk apa orang memalsukan
dokumen yang tak berharga itu..?
Surat,
Notulen, dan daftar itu harus kita teliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya,
bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan semua
penampilan luarnya untuk mengetahui otensititasnya. Selain kepada dokumen
tertulis, juga kepada artifak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif, kita harus
membuktikan keasliannya.
Kredibilitas
Baru sesudah kita tentukan bahwa dokumen itu otentik,
kita akan meneliti apakah dokumen itu bisa dipercaya. Taruhlah kita akan
meneliti Surat Pengangkatan sebagai Ketua Koperasi Batik. Harus kita buktikan
apakah benar Sarekat Islam punya Koperasi Batik, tahun itu ketua koperasinya
Lowong, orang itu adalah anggota Sarekat Islam. Dan Kredibilitas fot0 --- misalnya foto ucapan selamat dalam upacara
penyumpahan --- itu akan Nampak dalam pertanyaan apakah waktu itu sudah lazim
ada upacara selamat atas pengangkatan seseorang. Kalu semuanya positif, tidak
ada cara lain kecuali mengakui bahwa dokumen itu Credible.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar