Kamis, 03 Januari 2013

KRITIK SUMBER-SUMBER SEJARAH


Kritik Sumber-Sumber Sejarah
            Kritik  sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber.  Adapun caranya, yaitu dengan melakukan kritik. Yang dimaksud dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapat objektivitas suatu kejadian.
Fungsi Kritik Sejarah
            Bekal utama seorang peneliti sejarah adalah sifat tidak percaya terhadap semua sumber sejarah. Peneliti harus lebih dahulu mempunyai prasangka yang jelek atau ketidak percayaan terhadap sumber sejarah yang tinggi. Peneliti sejarah mengejar kebenaran (truth). Padahl kebenaran sumber harus diuji lebih dahulu dan setelah hasilnya memang benar maka sejarawan baru percaya adanya kebenaran (truth).  Banyak sumber sejarah yang meragukan dan jangan-jangan memang sengaja dipalsukan untuk mengecoh pendapat public.
            Kritik merupakan produk proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkakn dan agar terhindar dari fantasi, manipulasi atau fabrikasi. Sumber-sumber pertama harus dikritik. Sumber harus diverifikasi atau diuji kebenarannya dan diuji akurasinya atau ketepatannya. Metedologi sejarah memikirkan bagaimana menguji sumber-sumber itu agar menghasilkan fakta keras (hard fact).
            Dengan demikian sumber sejarah dapat digunakan dengan aman . Dalam hal ini yang selalu diingat bahwa sumber itu harus:
1.      Dapat dipercaya (Credible).
2.      Penguatan saksi mata (Eyewitness).
3.      Benar (Truth).
4.      Tidak dipalsukan (Unfabricated).
5.      Handal (Reliable).

Oleh karena itu, dalam penggunaan sumber, sejarawan harus mempertanggungjawabkan pengertian:
1.      Otentisitas (authenticity) atau asli (genuine) jika benar-benar produk dari orang yang dianggap pemiliknya. Asli dan otentik tidak sama artinya. Dimaksud sumber asli adalah yang tidak dipalsukan. Otentik adalah sumber yang dilaporkan dengan benar sesuai dengan keadaan senyatanya.
2.      Kredibilitas (Credibility)
3.      Integritas (Integrity)
Kritik Eksternal (Luar)
             Kritik Eksternal adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber. Kritik eksternal mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber yang sezaman. Jenis-jenis fisik dari materi sumber, katakan dokumen atau arsip adalah kertas dengan  jenis, ukuran, bahan, kualitas, dan lain-lain. Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik, ataukah ketik komputer. Demikian pula jenis tintanya apakah kualitas bagus, atau jenis isi ulang.
            Akan diragukan jika dikatakan dokumen pada masa Penjajahan Jepang digunakan kertas kualitas bagus, sebab pada waktu itu ada dalam kondisi perang dan semuanya serba mengalami penurunan kualitas. Jadi, kritik eksternal adalah kritik fisik yang sesuai dengan anak zaman.
Kritik internal (Dalam)
            Kritik Internal adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias, dikecohkan, dan lain-lain. Kritik internal ditujukan untuk memahami teks. Pemahaman isi teks diperlukan latar belakang pikiran dan budaya penulisnya. Mengapa demikian karena apa yang tersurat sangat berbeda dengan yang tersirat diperlukan pemahaman dari dalam (from within).
            Isi teks sering multi interpretable, bermakna ganda dan sering dimaksudkan sesuai dengan sudut pandang penulisnya. Dalam teks itu banyak hal yang tersembunyi dan tidak disampaikan dalam bahasa lugas, tetapi dalam bahasa tertutup dan  penuh metafora. Tugas peneliti teks adalah membuka ketertutupan ini sehingga menghasilkan informasi terpercaya. Dengan kata lain, peneliti harus mampu membuka “amplop informasi”.
            Jika seorang mahasiswa kos menulis surat dengan istilah mengalami “kecelakaan” kepada orang tuanya di kota lain, maka orang tuanya harus membuat interpretasi terhadap hal-hal yang tersirat dari suratnya itu. Kata “kecelakaan” harus dikaitkan dengan konteksnya, misalnya untuk perbaikan sepeda motornya yang lecet minta dikirim 25 juta rupiah. Ada apa dengan kata “kecelakaan”?
Otentisitas
            Kita umpamakan saja, kita temukan sebuah surat, notulen rapat, dan daftar langganan majalah Sarotomo. Kertasnya sudah menguning, baik surat, notulen, atau daftar baru menemukan dokumen saja sudah suatu prestasi, rasanya tidak sampai hati untuk tidak mempercayai. Untuk mengetahui keaslian sumber, rasanya terlalu mengada-ada, sebab untuk apa orang memalsukan dokumen yang tak berharga itu..?
Surat, Notulen, dan daftar itu harus kita teliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui otensititasnya. Selain kepada dokumen tertulis, juga kepada artifak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif, kita harus membuktikan keasliannya.
Kredibilitas
            Baru sesudah kita tentukan bahwa dokumen itu otentik, kita akan meneliti apakah dokumen itu bisa dipercaya. Taruhlah kita akan meneliti Surat Pengangkatan sebagai Ketua Koperasi Batik. Harus kita buktikan apakah benar Sarekat Islam punya Koperasi Batik, tahun itu ketua koperasinya Lowong, orang itu adalah anggota Sarekat Islam. Dan Kredibilitas fot0­ ---  misalnya foto ucapan selamat dalam upacara penyumpahan --- itu akan Nampak dalam pertanyaan apakah waktu itu sudah lazim ada upacara selamat atas pengangkatan seseorang. Kalu semuanya positif, tidak ada cara lain kecuali mengakui bahwa dokumen itu Credible.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar